Langsung ke konten utama

CERITA BERBEDA




Malam semakin erat memeluk bulan. Cahaya lampu semakin terang. Semua mata manusia tertuju pada satu tujuan, panggung, itu tujuannya. Di depan sana terdapat tiga kursi dan satu meja. Satu kursi telah diisi dengan sang pembawa acara. Lalu untuk siapa dua kursi itu? Siapa yang ditunggu oleh manusia-manusia depan panggung ini?
            “Akhirnya mereka bertemu.” Kata pria yang tak lagi muda dengan tersenyum tipis.
Di belakang panggung sana, terdapat dua pemuda yang masih terlihat asing di mata orang-orang luar. Tetapi di atas panggung sini, mereka akan memperkenalkan diri mereka di hadapan semua orang. Dengan masalah orang yang terlalu berat seperti mereka, mereka memiliki karya yang dapat dirasakan oleh orang lain.
Dua pemuda itu saling berbincang. Mereka saling berjabat tangan dan menyemangati. Ini hari pertama mereka berdiri, duduk dan berbicara di depan mata-mata manusia.
“Kau duluan, kau sudah siap?” Kata salah satu pemuda.
“Sudah, sampai jumpa di atas panggung.” Menanggapi pemuda itu.

****
            Nama pemuda itu Roy. Ia seorang mahasiswa cerdas di salah satu Universitas di Yogyakarta. Ia terlahir dari keluarga yang kaya. Ayahnya seorang pengusaha rumah makan terkenal di Indonesia, salah satunya di kotanya. Ia sangat dekat dengan ayah dan ibunya. Ia selalu bercerita tentang ayahnya yang sangat baik dan penuh kasih sayang kepada ibu dan dirinya. Mereka selalu membacakan dongeng sebelum tidur waktu ia kecil. Mereka selalu memasakkan masakan kesukaannya. Mereka juga selalu merayakan hari ulang tahunnya. Bahkan mereka selalu menasehatinya dengan hal-hal yang positif. Hingga suatu ketika ayahnya mengajarkan bagaimana untuk menjadi orang sukses. Kata-kata ayahnya yang selalu ia ingat adalah “lakukanlah apa yang kamu mau.”
            Setelah ia melakukan apa yang ia mau. Ia merasa semua adalah usaha yang membuang-buang waktu. Ia membenci kata-kata itu. Bahkan ia membenci hari ulang tahun. Ia membenci hal-hal yang pernah ia lalui bersama ayah dan ibunya. Semua hidupnya menjadi berubah ketika yang tidak pernah ia bayangkan menjadi kenyataan. Di depan matanya, perkataan kasar yang selalu muncul dari mulut ayahnya selalu teriang. Suara pecahan piring, selalu terdengar. Suara lemparan kursi, selalu teringat. Tamparan, caci makian, bentakan, hingga berujung perceraian selalu membuatnya frustasi. Pikirannya selalu bertanya-tanya, apa? Megapa? Bagaimana bisa?
            Hari-harinya yang selalu ia lakukan dengan baik seperti kuliah dengan semangat, berpendapat letus di hadapan kelas, hingga aktif kegiatan-kegiatan luar kuliah seperti futsal, membuat film dan mengabadikan berbagai peristiwa kini telah hilang. Ia bukan Roy yang dulu. Ia berbeda, ia berubah, apa sebabnya? Hingga suatu waktu ia dipanggil oleh dosen pembimbing, karena nilainya yang semakin menurun.
“Ada apa?” Dosen bertanya kepada Roy.
“Tidak apa-apa, pak.” Ia tidak ingin menjawab dan memilih menundukan kepalanya. Hingga ia merasa suasana hening terlalu lama. Lalu ia mengangkat kepalanya. Ia bingung mengapa dosennya tidak bertanya kembali. Setelah ia melihat wajah dosennya, ia merasa akan mendapatkan solusi. Lalu ia menceritakan semuanya kepada sang dosen tersebut. Namun dosen tersebut tidak memberikan jawaban, justru memintanya untuk bertemu setiap hari dan selalu menceritakan hal yang sama.
            Satu hari, dua hari hingga hari ketujuh ia selalu menceritakan cerita yang sama kepada dosen tersebut. Ia merasa kesal, ia tidak diberikan solusi tetapi justru diminta untuk selalu bercerita. Sehingga dia berkata kepada dosennya.
“Saya sudah seminggu bertemu dengan bapak, tetapi mengapa bapak hanya selalu menyuruh saya bercerita ini-ini terus?
Dosen itu terdiam beberapa detik. Hingga membuka mulut dan berkata “Lakukanlah apa yang kamu mau.” Lalu pergi meninggalkan Roy sendirian dalam ruangan itu.
            Mulai hari itu, Roy sangat membenci kalimat itu. Ia tidak percaya dengan kalimat itu. Tetapi ini beda, ada suatu dorongan dalam kalimat yang baru ia dengar itu. Ada suatu pembuktian dalam kalimat itu.
            Sesampainya ia di rumah, ia langsung masuk kamar. Ia merenung sekejap hingga ia melihat kamera yang tak terawat di ujung kamarnya. Ia menyalakan kameranya dan membuka isinya. Hatinya sakit dan remuk, tetapi ia langsung berpindah ke hadapan laptopnya. Ia membuka banyak file yang lama tak ia buka. Ia melihat berbagai video yang selalu ia rekam ketika ia kecil dulu. Bahkan banyak video yang selalu ia edit untuk membuat hatinya bahagia.
****
            Nama dia Ismail yang biasa dipanggil Mail. Dia juga seorang mahasiswa yang cerdas di kampusnya. Ia bukan orang kaya, tetapi dia orang yang mudah bersyukur dan bekerja keras. Kini dia hidup bersama ibunya. Ayahnya telah meninggal dunia dua tahun lalu karena kecelakaan. Dan sekarang ia menjadi tulang punggung keluarganya. Ibunya hanya seorang pedagang sayur. Ia tidak tega melihat ibuya yang selalu bekerja banting tulang sendirian. Hingga ia memutuskan mengamen di jalanan dan selalu membantu orang yang meminta bantuan. Namun ia malu jika ada seorang temannya yang mengetahui.
            Suatu waktu, ia bertemu temannya ketika ia mengamen di salah satu rumah makan. Ia kesal karena diejek teman-temannya. Hingga ia tidak ingin lagi bekerja membantu ibunya. Dan kini ia sering membantah kata-kata ibunya. Ketika ia di kampus pun tidak ada yang ingin mendekatinya. Suatu ketika kerja kelompok bersama teman-temannya. Ia mencoba biasa saja, dan teman-temannya pun mencoba biasa dengannya. Tetapi teman-temannya pergi ketika mereka merasa kurang nyaman. Ketika ia merasa bahwa ia pintar sendiri, ia megerjakan tugas kelompok sendiri, ia melakukannya segala hal dengan angkuh.
            Emosinya semakin menjulang tinggi. Amarahnya hampir tak tertahan lagi. Ia marah dengan teman-temannya, ia marah pada ibunya, bahkan ia marah pada dirinya sendiri. Ia duduk di luar kelas dengan napas yang tak teratur dan wajah marahnya. Lalu ia dihampiri oleh seseorang. Yang tidak ia tahu siapa. Terlihat lebih tua darinya. Ia berpikir bahwa itu dosen. Tetapi ia tidak kenal dengan dosen itu. Ia bingung mengapa dosen tersebut berdiri di hadapannya dan duduk dekat di sampingnya.
Hingga dosen itu bertanya kepadanya “apa yang kamu lakukan di sini?”
Ia bingung, mengapa dosen itu bertanya kepadanya seperti orang yang sudah dekat. Ia tidak menjawab, dan dosen itu berbicara kembali.
“Hidup itu sulit. Seperti benang gulung yang tiba-tiba ruwet. Tetapi benang itu bisa balik seperti semula ketika ada usah untuk mencari jalan keluarnya. Apa menurutmu sampah itu bau?” Dosen itu bertanya kepadanya, lalu ia hanya mejawab dengan menganggukkan kepalanya satu kali sambil tersenyum setan. “Menurut saya tidak.” Timpal dosen itu lagi. Secara spontan Mail langsung melihat ke arah dosen tersebut dengan wajah yang bingung. Dosen itu berkata lagi.
“Persepsi orang berbeda-beda ‘kan? Menurutmu itu bau, tetapi menurut saya tidak. Supaya tidak debat dan menimbulkan masalah, cobalah cari jalan keluarnya.” Setelah itu dosen tersebut pergi meninggalkan Mail yang bertanya-tanya akan perkataan sang dosen tersebut.
            Sepanjang jalan ia pulang ke rumah, ia berpikir apa maksud sang dosen. Sesampainya ia di rumah, ia langsung duduk di depan rumah. Dan berpikir untuk dapat menemukan jawabannya. “Persepsi, persepsi, persepsi,..” hingga ia menemukan kata intropeksi.
            Setelah raut wajahnya berubah, ia langsung mencari ibunya. Namun ia tidak mendapatkan sang ibu di dalam rumahnya. Lalu ia berkeliling mencari ibunya. Ia tidak menemukan ibunya hingga awan mulai gelap. Ia memilih kembali ke rumah, dan mendapati makanan yang tak biasa di meja kecil mereka. Ternyata sang ibu sudah di rumah dan memasak masakan untuknya. Namun ia berpikir dari mana ibu mendapatkan uang untuk memasak makanan yang enak seperti ini. Ia berpikir kembali bahwa ibunya telah berkerja keras itu semua untuk dirinya. Ibunya memasak masakan ini semua untuk dirinya. Ia langsung memeluk ibunya dan berkata “maafkan Mail, ibu.”
            Mail menceritakan semua yang ia lalui setiap hari kepada ibunya saat itu. Bahkan ketika ia bertemu dengan dosen yang aneh, ia pun ceritakan. Ketika ia sadar bahwa dirinya yang dulu adalah orang yang paling buruk, kini ia memperbaiki dirinya. Ia selalu melihat dirinya dicermin, ia selalu intropeksi dirinya dan kesalahn-kesalahannya. Kini ia tidak lagi malu. Kini ia tidak lagi angkuh. Dan kini ia berusaha membuktikan kepada semua orang dan almarhum ayahnya bahwa ia akan menjadi orang yang berguna.
            Hingga suatu ketika ia mengamen di jalan, ia di dekati dengan seseorang yang berjas dan terlihat berwibawa. Ia tidak mengenalinya, bahkan ia merasa sangat asing dengan orang tersebut. Orang itu langsung memperkenalkan dirinya dan menjelaskan tujuannya. Ternyata orang tersebut adalah directur rekaman yang ingin merekrutnya untuk menjadi penyanyi. Mail terkejut dan ia bertanya berulang-ulang dan memastikan bahwa ia tidak terkena tipu. Kata orang tersebut, tertarik dengan suara dan lagu yang dinyanyikannya. Ia langsung diajak ke suatu tempat yang ternyata benar adalah studio rekaman.
****
            Di dalam suatu acara Talk Show yang diadakan oleh kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengundang mahasiswa berbakat dan berhasil dalam ajang lomba internasional. Kini mahasiswa tersebut akan menceritakan perjalanan hidup yang akan memotivasi semua orang untuk menjadi seseorang yang berguna meski memiliki banyak hambatan.
            Pembawa acara pun memulai acaranya. Untuk menyingkat waktu, acara langsung dimulai. Setelah pembukaan selesai, dua mahasiswa tersebut diundang naik ke atas panggung satu persatu.
            “Kini kita panggilkan selebgram terkenal asal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Roy silahkan naik ke atas panggung.”
Roy terlihat bahagia, dan lebih bersemangat. Ia terlihat telah menemukan kehidupannya. Dengan di hadapannya terlihat ibu dan ayahnya yang duduk bersebelahan dengan akur. Meski di samping ayahnya terdapat wanita dengan menggendong bayi kecilnya, ia menganggap itu adalah adiknya. Ia merasa cukup bahagia karena orang tuanya sudah tidak lagi saling dendam, bahkan mereka selalu menyemangati sebelum ia berkarya dengan karya terbarunya.
            Pembawa acara pun melanjutkan acara. Ia memanggil bintang tamu kedua dengan semangat. “Kini kita panggil bersama-sama bintang tamu kedua kita, Ismailllll silahkan naik ke atas panggung.”
            Ismail berbincang-bincang dan bercerita bagaimana perjalanan seperti hidupnya seperti Roy sebelumnya. Ia merasa bangga dan bahagia karena telah menjadi penyanyi yang terkenal dan membawa nama baik kampusnya hingga ia diundang di acara kampus seperti ini. Tiba di ujung acara, ia diminta untuk menyanyikan single lagunya. Ia menyanyikannya dengan indah, dan ia melihat ke arah mata penonton. Ia mendapati teman-teman yang kini bangga kepadanya. Dan ia melihat wanita tua yang seperti malaikat baginya, yaitu ibunya. Ibunya berdiri di samping dosen yang ia anggap aneh awalnya. Tetapi justru membuatnya berdiri di atas panggung. Ternyata dosen itu adalah teman baik almarhum ayahnya. Dan ternyata dosen itu memberi jalan untuk Mail dan Roy.

Komentar

  1. Harrah's Atlantic City - DrmCD
    Harrah's Atlantic City 세종특별자치 출장마사지 Casino & Hotel is Atlantic City's premier 용인 출장샵 destination casino gaming 부산광역 출장샵 resort with 당진 출장샵 world-class gaming, 원주 출장안마 nightlife, restaurants,  Rating: 4 · ‎15 votes

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

5 CARA MENGIRIMKAN NASKAH NOVEL KE PENERBIT

1.    Syarat dan Cara Kirim Ke Penerbit Gramedia Pustaka Utama Kami selalu menerima naskah dari penulis untuk kami terbitkan, bila naskah tersebut kami nilai memenuhi standar penerbitan kami. Namun, maaf sekali, kami tidak bisa menerima naskah yang dikirimkan melalui e-mail, karena akan menyulitkan tim editor dalam melakukan penilaian naskah. Buku-buku umum yang kami terbitkan adalah buku-buku yang mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan mission statement kami,yaitu “Bersama komponen bangsa yang lain, ikut serta menciptakanIndonesia Baru dengan nilai-nilai humanisme transendental.” Karenaitu, buku yang kami terbitkan adalah yang mengembangkan nilai-nilaikemanusiaan yang beriman kepada Sang Pencipta dan Pemelihara, yaituTuhan Semesta Alam. Itu berarti bahwa kami akan menerbitkan bukuyang mendorong munculnya semangat pluralis, demokratis, inklusif,cerdas, berwawasan luas, profesional, berbudaya, humanis, danreligius. Sebaliknya, kami mengindari penerbitan naskah yangmendorong s

Akhirnya Indah

Ujian Nasional akan segera tiba. Seragam putih biru sudah tak akan mereka pakai. Bukan hanya itu, teman-teman, guru-guru, dan lingkungan juga akan berubah. Semua masa-masa SMP akan segera berakhir. Begitu cepat rasanya waktu berjalan sehingga tidak menyadari bahwa sudah di ujung jalan. Namun tak berarti hidup mereka cukup sampai di sini, masa depan masih panjang. Dan mereka juga belum berjumpa dengan impian masing-masing. Di tengan lamunannya, Rista dikejutkan oleh suara temannya dari belakang yang memang sengaja untuk mengejutkannya “Doorr..” Suara keras Titi membuat ia terhentak. Ia kaget karena tiba-tiba sahabatnya yang bernama Titi itu berada di belakangnya. Secara otomatis ia terkejut dan berkata “Asstagfirullah..” dengan nada yang sedikit keras. Setelah Titi meminta maaf karena sudah mengejutkannya, mereka melanjutkan untuk bercanda bersama untuk menghilangkan stres karena akan ujian. Dan ketika mereka bercanda, satu sahabat mereka lagi datang dari belakang juga. Ia bernam